MATA KULIAH :
MIKROBIOLOGI
NAMA DOSEN : Dr. NILAWATY
ULY, S.Si.,Apt.,M.Kes
MAKALAH
MIKROBIOLOGI
OLEH
:
DEWI
CITRA UTAMI
(K.13.01.002)
PROGRAM
STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES)
MEGA BUANA PALOPO
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ”MIKROBIOLOGI” dengan baik. Tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita
semua.
Palopo,
Januari 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan..................................................................................... 2
D. Manfaat
Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Mikrobilogi............................................................................. 3
B. Sejarah
Perkembangan Mikrobiologi.................................................... 3
C. Penggolongan Pada Mikroba (Taksonomi)
dan Pemberian Nama (Nomenklatur) 5
D. Bakterologi................................................................................................. 8
E. Virologi..................................................................................................... 18
F. Ricketsiologi....................................................................................... .... 28
G. Mikologi.................................................................................................... 32
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 38
B. Saran........................................................................................................ 38
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mikroorganisme
dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal itu tampak dari kemampuannya
menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar
dari infeksi ringan sampai kepada kematian.
Manusia
secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba tidak
hanya terdapat di lingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang
secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
Mikrobiologi merupakan salah satu
cabang ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya
adalah semua makhluk hidup yang berukuran mikro yang tidak bisa terlihat dengan
kasat mata seperti bakteri, virus, protozoa, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
mikrobiologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan
mikrobiologi?
3. Bagaimana penggolongan pada mikroba
(taksonomi) dan pemberian nama (nomenklatur) mikroba?
4. Apa yang dimaksud dengan
bakteriologi?
5. Apa yang dimaksud dengan virologi?
6. Apa yang dimaksud dengan riketsiologi?
7. Apa yang dimaksud dengan mikologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari
mikrobiologi.
2. Untuk mengetahui sejarah
perkembangan mikrobiologi.
3. Untuk mengetahui penggolongan pada
mikroba (taksonomi) dan pemberian nama (nomenklatur) mikroba.
4. Untuk mengetahui pengertian dari
bakteriologi.
5. Untuk mengetahui pengertian dari
virologi.
6. Untuk mengetahui pengertian dari riketsiologi.
7. Untuk mengetahui pengertian dari
mikologi.
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian
dari mikrobiologi.
2. Mahasiswa (i) mengetahui sejarah
perkembangan mikrobiologi.
3. Mahasiswa (i) penggolongan pada
mikroba (taksonomi) dan pemberian nama (nomenklatur) mikroba.
4. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian
dari bakteriologi.
5. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian
dari virologi.
6. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian
dari riketsiologi.
7. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian
dari mikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mikrobiologi
Dalam bahasa Yunani mikrobiologi
dibagi menjadi tiga kata yaitu micros artinya kecil, bios artinya hidup, logos
artinya ilmu. Jadi, mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk
hidup yang terlalu kecil untuk dilihat secara jelas dengan mata telanjang.
Makhluk hidupnya sendiri disebut dengan mikroba atau jasad renik.
B. Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
Sejarah kehidupan mikroba dinyatakan
oleh Aristoteles (384 S.M.) bahwa makhluk hidup yang kecil (mikroorganisme,
mikroba, jasad renik) itu berasal dari benda mati. Teori ini kemudian
dipertegas oleh Needham (1750), yang menyatakan bahwa mikroba terjadi
secara spontan dari benda-benda yang
tidak hidup dalam suatu cairan bahan organik. Oleh sebab itu teori ini dikenal
dengan Abiogenesis atau generatio spontanea/spontaneous generation.
Spallanzani adalah orang yang merupakan perintis teori yang berlawanan dengan
Aristoteles. Ia merintis teori Biogenesis, denga faham ini kemudian dilanjutkan
oleh Schultzee dan Schwann (1836). Ketiganya berpendapat baahwa mikroba terjadi
dari benih yang selalu ada di udara dan jika bahan itu masuk ke dalam cairan
organic yang cocok untuk pertumbuhannya, akan tumbuh menjadi suatu organisme.
Hasil ini yang menyebabkan teori sebelumnya gugur. Bahkan pada tahun 1860 Louis
Pasteur membuktikan bahwa abiogenesis merupakan
sesuatu yang tidak mungkin, maka ia memperkuat dengan adanya Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo.
Perkembangan yang pesat di bidang
mikrobiologi, diawali oleh seorang peneliti Belanda yang bernama Anthony Leewenhook. Pada tahun 1656, ia
mengembangkan alat pembesar sederhana menjadi mikroskop. Karena jasa alat
pembesar ini maka mikroba (termasuk jenis bakteri) dapat dilihat dengan jelas.
Ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan maka penemuan ini sangat berarti bagi kemajuan
ilmu pengetahuan. Sehingga ia mendapat julukan sebagai orang yang meletakkan
dasra-dasar mikrobiologi (peletak dasar mikrobiologi). Bahkan ia memperkenalkan
kepada dunia tentang proses fermentasi dengan
menggunakan jamur.
Louis
Pasteur, pada tahun 1854
mengemukakan tentang germ theory of
disease, yang intinya menyatakan bahwa salah satu penyebab penyakit adalah
kuman. Ia menyatakan bahwa udara itu mengandung mikroba, ia juga mencoba
peristiwa peragian. Karena jasanya yang banyak ini,ia kemudian dijuluki sebagai
Father of microbiology.
Robert
Koch, pada tahun
1876 (Dokter Jerman) menemukan kuman penyebab penyakit anthrak yang disebut Bacillus antrhacis. Selain penyakit ini
berbahaya pada hewan ternak, namun dapat menular kepada manusia. Selain itu,
Robert Koch telah menemukan penyakit Spticemia,
atau disebut darah yang keracunan. Ia juga menemukan kuman TBC serta kuman
kolera pada tahun 1884.
Pada tahun 1864 Joseph Lister, seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris, mendeteksi
infeksi yang terjadi pada luka. Dan ia juga tahu cara mencegah timbulnya
infeksi yang terjadi pada luka karena operasi.
Penemu-penemu lain yang tak kalah
pentingnya dalam mikrobiologi kedokteran adalah Loeffler (1884) menemukan bakteri penyebab diphtheria. Kemudian Neisser
(tahun 1879) menemukan bakteri penyebab penyakit kelamin Gonorrhoeae. Kitasato, tahun 1884 menemukan kuman penting penyebab tetanus,
yaitu Clostridium tetani. Ia juga
menemukan penyakit pes (sampar).
Sejarah membuktikan bahwa jejak para pendahulu dikembangkan oleh para ahli
mikrobiologi masa kini, sehingga manfaatnya telah banyak dirasakan oleh umat
manusia.
C. Penggolongan Pada Mikroba
(Taksonomi) Dan Pemberian Nama (Nomenklatur)
Taxonomi adalah ilmu klasifikasi
yang mengelompokkan mikroba menjadi kategori-kategori berbagai
tingkatan,menguraikan dan memberi nama kategori-kategori tersebut. Sedangkan
nomenklatur (pemberian nama) merupakan bagian dari taxonomi tersebut. Ilmu
taxonomi terdiri dari dua bagian, yaitu klasifikasi dan identifikasi mikroba.
Klasifikasi adalah mengumpulkan
organisme ke dalam kelompok (taxa)
yang didasari atas kesamaan dan kedekatan kekeluargaan organisme. Banyak para
ahli yang masih beda pendapat dalam klasifikasi mikroba ini, demikian pula
tentang kedudukannya dalam klasifikasi. Kedudukan mikroba pada posisi yang
sulit, karena sebagian mikroba terletak antara tumbuhan dan binatang. Untuk
memberi jalan tengah pendapat-pendapat itu, seorang ahli yang bernama Haekel (tahun 1866) mengusulkan agar
mikroba ditempatkan dalam dunia yang terpisah baik dari tumbuhanmaupun dari
binatang yang dinamakan Protista. Menurutnya, yang termasuk dalam kelompok
Protista ini adalah algae, protozoa, jamur, dan kuman/bakteri. Tetapi
selanjutnya sebagai akibat dari kemajuan penggunaan mikroskop elektron, kuman
ternyata berbeda dengan kelompok yang lain dalam hal struktur sel. Bahwa
kuman-kuman memiliki struktur sel yang lebih primitive, dan disebut
prokariotik. Sedangkan ketiga kelompok yang lainnya lebih maju atau setara dengan
binatang dan tumbuhan, sehingga dikelompokkan dalam eukariotik. Suatu
klasifikasi mikroba yang terbaru, sebagai berikut :
1. Protista (Eukariotik), meliputi
algae, protozoa, dan jamur.
2. Prokariotik, yang meliputi
kuman-kuman, sianobakteria, dan arkhebakteria.
Nomenklatur
pada mikroba diatur sebagaimana pada pemberian nama pada binatang dan tumbuhan
pada umumnya (disebut Binomial nomenklatur) yaitu nama suatu mikroba terdiri
atas dua suku kata, kata yang pertama menunjukkan nama genus sedangkan kata
yang kedua menunjukkan nama spesies. Nama genus diawali dengan huruf capital,
tetapi kata yang mengikutinya (spesies) menggunakan huruf kecil. Kedua kata ini
ditulis harus berbeda dengan kata-kata naskah utamanya, misalnya dengan cetak
miring (italic) atau digaris bawahi jika makalah utamanya cetak miring. Pada
beberapa bakteri, nama genus menunjukkan morfologi dari spesies yang
bersangkutan, misalnya Spirochaeta,
kata ini menerangkan bahwa bentuk bakteri yang bersangkutan berbentuk spiral.
Beberapa bakteri yang lain, kata pertama mengacu pada nama penemu bakteri
tersebut, misalnya Escherichia,kata
ini berasal dari nama Theodor Escherich. Tetapi ada juga yang menunjukkan
gambaran metabolisme, karakteristik bio-kimia, atau penyakit yang berkaitan.
Misalnya Candida albicans. Kata
pertama, Candida (genus) menunjukkan
penyakit yang ditimbulkan jamur tersebut, candidiasis.
Kata Candida sendiri berarti cahaya putih. Sementara kata kedua (albican, spesies) menunjukkan nama warna
jamur tersebut yaitu putih.
D. Bakteriologi
1. Defenisi
Bakteriologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Bakteri merupakan mikroba dengan
dinding sel yang berfungsi melindungi protoplast. Protoplasma terdiri dari
membran sitoplasma yang memagari komponen-komponen dalam dan struktur lainnya,
antara lain: ribosom dan kromosom yang ada di dalamnya. Bakteri adalah salah
satu kelompok protista, dimana bakteri termasuk dalam prokariotik.
Pemberian nama
pada bakteri mengikuti kaidah pemberian nama organisme pada umumnya, yaitu binomial nomenclature. Sehingga
pemberian nama pada bakteri menggunakan dua kata, berdasarkan sifat-sifat
bakteri itu sendiri. Kata pertama yang diawali dengan huruf kapital menunjukkan
genus bakteri yang dimaksud, sedangkan kata yang kedua menunjukkan spesiesnya.
Untuk menunjukkan nama spesies, dua kata tersebut harus mengikuti kaidah
ilmiah, yaitu harus ditulis miring (italic) atau digaris bawahi (underline).
2. Struktur bakteri
Pada bakteri
bagian atau organ yang penting adalah kapsul, nukleoid (lebih sederhana dari
inti sel, nucleus), ribosom, dinding sel, membran sitoplasma, pili, dan flagel.
Secara garis besar fungsi dari bagian-bagian sel tersebut, sebagai berikut :
a. Flagel (bulu cambuk, merupakan
bagian bakteri yang berbentuk benang yang berfungsi sebagai alat gerak,
bahannya terdiri dari protein yang disebut flagelin.
b. Mesosom, merupakan bagian dari
bakteri yang berfungsi menghasilkan ATP (Adeno Tri Posphat). Perlu diketahui
bahwa kerja dari mesosom dapat dihambat oleh khloramfenikol.
c. Nukleus (inti sel), merupakan benda
yang paling penting. Sebab di dalam nukleus ada kromosom yang berperan dalam
pembelahan sel, sering kali di temukan nukleolus (anak inti sel).
d. Ribosom. Organel ini berperan
sebagai tempat berlangsungnya sintesa protein.
e. Pili, disebut juga fimbriae. Alat
ini biasanya ditemukan pada kuman gram negatif
f. Kapsul. Sebagian besar bakteri
mempunyai kapsul, yaitu lapisan disekeliling sel. Bakteri yang berkapsul
umumnya lebih tahan terhadap efek fagositosis, misalnya Streptococcus mutan yang dapat membentuk pluge pada gigi sehingga
menyebabkan karies gigi.
g. Dinding sel. Fungsi dinding sel,
antara lain :
1) Menjaga tekanan osmotik. Berperan
dalam proses pembelahan sel.
2) Melaksanakan sendiri biosintesis.
3) Untuk membentuk dinding sel.
4) Merupakan determinan dan antigen.
5) Pada kuman gram negatif, salah satu
lapisannya mempunyai kegiatan endotoksin yang tidak spesifik.
h. Membran sitoplasma berfungsi antara
lain :
1) Menjadi tempat perpindahan makanan
secara selektif.
2) Pada kuma aerob merupakan tempat
transport dan oksidasi posfor.
3) Mengandung enzim dan molekul-molekul
yang berfunsi pada biosintesis DNA polymerase dan lipid.
4) Mengandung reseptor protein.
3. Klasifikasi bakteri
a. Klasifikasi bakteri berdasarkan
letak flagel
Berdasarkan tempat terdapatnya
flagel pada tubuh bakteri, bakteri dapat dibagi menjadi :
1) Monotrichate (monotrika), yaitu apabila flagel
pada bakteri hanya terdapat pada satu sisi saja.
2) Ampitricate (ampitrika), yaitu apabila flagel
pada bakteri terdapat pada kedua ujungnya.
3) Lapotricate (lapotrika), yaitu apabila bakteri
memiliki satu berkas flagel (satu berkas terdiri atas banyak flagel)
4) Peritrichate (peritrika), yaitu apabila terdapat
flagel pada setiap sisi bakteri.
5) Non
motile atau atrichate (atrika), yaitu apabila
bakteri jenis ini tidak memiliki atau terdapat flagel sama sekali.
b. Klasifikasi bakteri berdasarkan
bentuk luar
Berdasarkan bentuk luar atau
morfologinya, bakteri mempunyai empat macam bentuk dasar, yaitu :
1) Spherial
(coccus)
Bakteri berbentuk bulat (coccus),
dibagi menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :
a) Monokokus, yaitu berupa sel bakteri
kokus tunggal.
b) Diplokokus, yaitu dua sel bakteri berbentuk bulat
dan berpasangan, misalnya Diplococcus pneumonia.
c) Streptokokus, yaitu sel bakteri yang
memiliki bentuk bulat bergandengan seperti rantai, sebagai hasil pembelahan sel
kesatu atau dua arah dalam satu garis.
d) Tetrakokus, yaitu sel bakteri yang
berbentuk bulat terdiri dari 4 sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar
sebagai hasil pembelahan sel kedua arah.
e) Sarkina, yaitu sel bakteri yang
berbentuk bulat terdiri atas 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebagai
hasil pembelahan sel ketiga arah, contohnya Sarcia sp.
f) Stafilokokus, yaitu sel bakteri yang
berbentuk bulat, tersusun seperti kelompok buah anggur sebagai hasil pembelahan
sel ke segala arah.
g) Mikrococcus,
yaitu sel bakteri yang terdiri dari coccus kecil dan tunggal
2) Bacilus
Bakteri bentuk batang dapat
dibedakan, sebagai berikut :
a) Monobasil, yaitu sel bakteri yang berupa
batang tunggal, contohnya Escherchia coli dan Salmonella typi.
b) Diplobasil, yaitu sel bakteri berbentuk batang
yang berpasangan.
c) Streptobasil, yaitu sel bakteri yang berupa
batang bergandengan seperti rantai, contohnya Streptobacillus moniliformis
dan Azotobacter sp.
3) Spiral
Bakteri berbentuk lengkung (spiral)
dibedakan, sebagai berikut:
a) Spiral, yaitu sel bakteri yang
berupa lengkungan lebih dari setengah lingkaran, contohnya Spirillium minor
yang menyebabkan demam dengan perantara gigitan tikus atau hewan pengerat
lainnya.
b) Spiroooseta, yaitu sel bakteri yang
berupa spiral yang halus dan lentur, contohnya Treponema pallidum yang
merupakan penyebab penyakit sifilis.
4) Vibrio (koma)
Vibrio
yaitu sel bakteri yang berbentuk lengkungan kurang dari setengah lingkaran dan
menyerupai tanda baca koma, contohnya Vibrio colerae, penyebab penyakit
kolera.
4.
Bakteri
penyebab penyakit pada manusia
a. Treponema
pallidum
1) Defenisi
Treponema pallidum merupakan bakteri batang
berukuran panjang, ramping, berbentuk lengkung heliks, spiral atau bentuk alat
pembuka tutup botol (corkscrew), bersifat gram negatif. Treponema
pallidum mempunyai selubung luar atau lapisan
glikosaminoglikan. Di dalam selubung luar terdapat membran luar, yang
mengandung peptidoglikan dan yang mempertahankan integritas struktur
organisme.
Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri anggota filum spirochaetae berbentuk spiral yang merupakan penyebab penyakit sifilis.
Penyakit ini primer menyerang manusia dan penularannya terjadi melalui kontak
seksual serta menyebar dari satu manusia ke manusia lain.
2) Tanda dan gejala
Sifilis dapat muncul pada satu di antara empat fase yang
berbeda yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier sebagai berikut :
a) Primer
Sifilis
primer umumnya diperoleh dari kontak seksual secara langsung dengan orang yang
terinfeksi ke orang lain. Sekitar 3 sampai 90 hari setelah awal kedapatan
(rata-rata 21 hari) luka di kulit dinamakan chancre, tampak pada saat kontak. Tahap
primer Sifilis biasanya ditandai oleh kemunculan benjolan tunggal (disebut
chancre), tetapi dapat juga beberapa. Waktu mulai infeksi Sifilis sampai timbul
gejala antara 3 sampai 90 hari (rata-rata 21 hari). Benjolan berbentuk padat,
bulat, kecil, dan tidak nyeri. Tampak di tempat dimana sifilis memasuki tubuh.
Benjolan bertahan 3 sampai 6 minggu, dan menghilang tanpa pengobatan. Meskipun
demikian, apabila tidak diobati dengan baik, infeksi berlanjut ke tahap
sekunder.
b) Sekunder
Tahap sekunder terjadi
pada 4 sampai 10 minggu setelah infeksi primer. Sementara penyakit sekunder
dapat dikenal dalam berbagai cara secara nyata, gejala-gejala yang paling umum
berkaitan dengan kulit dan selaput lendir.
Tahap ini mulai dengan
terjadinya kemerahan pada satu atau beberapa area tubuh dan biasanya tidak
terasa gatal dan muncul setelah benjolan menghilang atau beberapa minggu
sesudahnya. Kemerahan khas pada sifilis sekunder adalah kasar, merah, atau
bintik coklat kemerahan pada telapak tangan dan telapak kaki. Terkadang
kemerahan karena sifilis sekunder agak pucat sehingga terabaikan. Selain
kemerahan, gejala sifilis sekunder termasuk demam, pembengkakan kalenjar getah
bening, nyeri tenggorokan, rambut rontok tak merata, nyeri kepala, penurunan
berat badan, nyeri otot, dan letih. Tanda dan gejala sifilis sekunder dengan
atau tanpa pengobatan akan menghilang tetapi tanpa pengobatan, infeksi dapat
berlanjut ke tahap berikutnya.
c) Laten
Sifilis laten didefinisikan setelah mengalami bukti serologis dari infeksi tanpa gejala-gejala dari penyakit. Awal sifilis
laten bisa mempunyai gejala- gejala kambuh dan akhir sifilis laten adalah asimptomatik, dan tidak menular seperti awal sifilis laten.
d) Tersier
Sifilis tersier terjadi kira-kira 3 hingga 15 tahun setelah
infeksi awal, dan bisa dibagi kedalam tiga bentuk berbeda yaitu sifilis
gummatous, akhir neurosifilis, dan kardiovaskular sifilis. Tanpa pengobatan, orang yang
terinfeksi dapat berkembang menjadi penyakit tersier. Orang dengan sifilis
tersier bukan penular.
3) Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui 2 cara, sebagai berikut :
a) Tes darah
Tes darah dibagi menjadi nontreponemal dan tes treponemal. Tes
nontreponemal digunakan mulanya, dan mencakup riset
laboratorium penyakit kelamin (VDRL) dan tes rapid plasma reagin. Tes antibodi treponemal biasanya menjadi positif dua sampai
lima minggu setelah infeksi awal. Neurosifilis didiagnosis dengan menemukan
tingginya angka leukosit (terutama limfosit) dan tingkat protein yang tinggi pada cairan tulang
belakang kondisi dari infeksi sifilis yang dikenal.
b) Pengujian langsung
Mikroskop medan
gelap cairan serosa dari tukak dapat digunakan untuk membuat diagnosis langsung.
Namun, rumah sakit tidak selalu mempunyai perlengkapan atau anggota staf yang
berpengalaman, sementara pengujian harus dilakukan dalam waktu 10 menit
dalam perolehan sampel.
4)
Pengobatan
Pilihan perawatan yang
pertama bagi penyakit sifilis yaitu satu dosis intramuscular penisilin G ataiu
satu dosis oral azitromisin. Doksisiklin dan tetrasiklin adalah pilihan kedua
tetapi karena dapat menyebabkan resiko pada janin doksisiklin dan tetrasiklin
tidak dianjurkan untuk wanita hamil. Azitromisin termasuk dalam jenis
antibiotik macrolides dimana obat generiknya tersedia di Indonesia. Jika satu
dosis belum sembuh, maka ada baiknya dilakukan tes resistensi antibiotik untuk
mengetahui jenis antibiotik apa yang masih dapat digunakan, tetapi untuk
melakukannya diperlukan fasilitas laboratorium klinik yang cukup lengkap.
5)
Pencegahan
Cara
yang paling pasti untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual yaitu
sebagai berikut :
a) Tidak
melakukan hubungan seksual secara bebas
b) Sebelum
melakukan hubungan seksual, komunikasikan dengan pasangan anda tentang seks
yang aman
c) Terbukalah
dengan pasangan dan pastikan ia tidak melakukan hubungan seksual dengan orang
lain
d) Penggunaan
kondom dapat mengurangi risiko penularan penyakit
e) Pastikan
toilet yang digunakan higienis, hindari penggunaan toilet duduk di tempat umum
f) Lakukan
tes penyakit menular secara berkala
g) Segera
periksakan bila ada keluhan
E. Virologi
1. Defenisi
Kata virus,
secara harfiah berarti racun. Sedangkan virologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang virus, yaitu suatu mikroba yang lebih kecil dari kuman, oleh karenanya
ia dapat melewati saringan yang biasa digunakan untuk menyaring (filtrasi)
kuman. Penemu virus pertama kali oleh Aristoteles pada tahun 400 SM, yaitu
sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit pada binatang, yang kemudian dikenal
sebagai virus rabies. Kemudian D’herelle pada tahun 1917 melanjutkan
penyelidikan tentang virus, ia memperoleh hasil tentang virus. Ternyata virus
yang ditemukan tersebut mampu menyerang bakteri, yang kemudian diberi nama
sebagai bakteriophage.
2. Struktur dan karakteristik virus
Virus terdiri dari lapisan protein sebagai pelindung (sampul), teras
protein yang menyimpan gen virus, dan gen virus itu sendiri. Struktur dan
karakteristik virus, sebagai berikut :
a. Kepala
Kepala virus
berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang
menyusun kapsid disebut kapsomer.
b. Kapsid
Kapsid
adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga
dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida.
Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari
kondisi lingkungan yang merugikan virus.
c. Isi tubuh
Bagian isi
tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut
sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode
pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan
menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV,
H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.
d. Ekor
Ekor virus
merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus
bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak mempunyai ekor.
3. Reproduksi
virus
Reproduksi virus secera umum terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Daur litik
(litic cycle)
1) Fase
Adsorbsi (fase penempelan)
Ditandai
dengan melekatnya ekor virus pada sel bakteri. Setelah menempel virus
mengeluarkan enzim lisoenzim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada
dinding bakteri untuk memasukkan asam inti virus.
2) Fase Injeksi
(memasukkan asam inti)
Setelah
terbentuk lubang pada sel bakteri maka virus akan memasukkan asam inti (DNA) ke
dalam tubuh sel bakteri. Jadi kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri dan
berfungsi lagi.
3) Fase
Sintesis (pembentukan)
DNA virus
akan mempengaruhi DNA bakteri untuk mereplikasi bagian-bagian virus, sehingga
terbentuklah bagian-bagian virus. Di dalam sel bakteri yang tidak berdaya itu
disintesis virus dan protein yang dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali
DNA virus.
4) Fase
Asemblin (perakitan)
Bagian-bagian
virus yang telah terbentuk, oleh bakteri akan dirakit menjadi virus sempurna.
Jumlah virus yang terbentuk sekitar 100-200 buah dalam satu daur litik.
5) Fase Litik
(pemecahan sel inang)
Ketika
perakitan selesai, maka virus akan menghancurkan dinding sel bakteri dengan
enzim lisoenzim, akhirnya virus akan mencari inang baru.
b. Daur
lisogenik (lisogenic cycle)
1) Fase
Penggabungan
Dalam menyisip ke DNA bakteri, DNA virus harus memutus
DNA bakteri, kemudian DNA virus menyisip di antara benang DNA bakteri yang terputus
tersebut. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri terkandung materi genetik
virus.
2) Fase
Pembelahan
Setelah menyisip DNA virus tidak aktif disebut profag.
Kemudian DNA bakteri mereplikasi untuk melakukan pembelahan.
3) Fase
Sintesis
DNA virus melakukan sintesis untuk membentuk
bagian-bagian virus
4) Fase
Perakitan
Setelah virus membentuk bagian-bagian virus, dan
kemudian DNA masuk ke dalam akan membentuk virus baru
5) Fase Litik
Setelah perakitan selesai terjadilah lisis sel bakteri.
Virus yang terlepas dari inang akan mencari inang baru
4. Virus
penyebab penyakit pada manusia
a. Virus Dengue
1) Defenisi
Demam berdarah atau demam dengue
(DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Beberapa nyamuk dapat
menularkan virus dengue. Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang
yang terinfeksi oleh salah satu jenis virus biasanya akan menjadi kebal
terhadap jenis virus tersebut, namun jika kemudian terinfeksi salah satu dari
tiga jenis virus lainnya mungkin akan mengalami masalah yang serius. Belum ada
vaksin yang dapat mencegah demam dengue. Orang-orang dapat melindungi diri dari
nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan nyamuk.
2)
Tanda
dan gejala
Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara
tiba-tiba kemudia disertai sakit kepala (biasanya di belakang mata), ruam,
nyeri otot dan nyeri sendi. Demam dengue terjadi dalam tiga tahap yaitu demam,
kritis, dan pemulihan.
Pada fase demam, seseorang biasanya mengalami demam tinggi.
Panas badan seringkali mencapai 40 derajat Celsius biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Pada hari
pertama dan kedua, ruam akan tampak seperti kulit yang terkena panas dan
kemerahan. Selanjutnya pada hari ke-4 hingga hari ke-7, ruam tersebut akan
tampak seperti campak. Bintik merah kecil (petechiae) dapat muncul di kulit. Bintik-bintik
ini tidak hilang jika kulit ditekan. Bintik-bintik tersebut disebabkan oleh
pembuluh kapiler yang pecah. Demam itu sendiri cenderung akan pulih kemudian
kembali lagi selama satu atau dua hari. Namun pola ini berbeda-beda pada
masing-masing penderita.
Pada beberapa penderita, penyakit berkembang ke fase kritis
setelah demam tinggi mereda. Fase kritis tersebut biasanya berlangsung selama 2
hari. Selama fase ini, cairan dapat menumpuk di dada dan abdomen. Hal ini terjadi karena pembuluh darah kapiler mengalami
kebocoran. Cairan tersebut akan semakin banyak, kemudian cairan berhenti bersirkulasi di dalam tubuh dan menyebabkan organ-organ vital tidak
mendapatkan suplai darah sebanyak biasanya sehingga organ-organ tersebut tidak
bekerja secara normal. Penderita juga dapat mengalami perdarahan parah yang biasanya
dari saluran
gastrointestinal.
Fase penyembuhan biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari.
Pasien biasanya semakin pulih dalam tahap ini. Namun penderita mungkin
menderita gatal-gatal yang parah dan detak
jantung yang lemah. Selama fase ini, pasien dapat mengalami kondisi
kelebihan cairan. Jika terkena otak maka cairan tersebut dapat menyebabkan
kejang atau perubahan derajat kesehatan.
3) Diagnosis
Demam
dengue dapat didiagnosis menggunakan pengujian laboratorium mikrobiologis.
Beberapa tes yang dapat dilakukan yaitu tes dengan mengisolasi atau memisahkan
virus dengue dalam kultur atau sampel sel. Tes lainnya yaitu dengan mencari asam nukleat dari virus,
menggunakan teknik yang disebut reaksi rantai
polimerase (PCR).
Tes ketiga yaitu mencari antigen dari virus. Tes
lainnya mencari beberapa antibodi di dalam darah yang
dibuat oleh tubuh untuk memerangi virus dengue. Tes isolasi virus dan deteksi
asam nukleus bekerja lebih baik daripada deteksi antigen. Namun, tes ini lebih
mahal, sehingga tidak tersedia di banyak fasilitas kesehatan. Apabila dengue
masih dalam tahap awal penyakit, semua hasil tes mungkin negatif.
Tes
laboratorium hanya dapat mendiagnosis demam dengue selama fase akut (awal) dari
penyakit tersebut. Namun, tes antibodi dapat memastikan bahwa orang tersebut
menderita dengue dalam fase berikutnya dari infeksti tersebut. Tubuh membuat
antibodi yang secara khusus memerangi virus dengue setelah 5 hingga 7 hari.
Tes tourniquet berguna apabila tes laboratorium tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan tes tourniquet,
profesional pelayanan kesehatan akan memasangkan manset alat pengukur tekanan
darah di lengan pasien selama 5 menit. Petugas kesehatan tersebut akan
menghitung bintik-bintik merah kecil di kulit pasien. Jumlah bintik yang
semakin banyak berarti bahwa orang tersebut mungkin menderita demam dengue.
4) Pengobatan
Tidak ada perawatan khusu untuk demam dengue. Penderita yang
berbeda memerlukan perawatan yang berbeda pula tergantung dari gejala yang
mereka tunjukan. Dalam beberapa kasus, penderita dapat membaik hanya dengan
mengkonsumsi air putih dirumah kemudian para tenaga kesehatan akan memastikan
keadaan kesehatannya membaik. Sedangkan sebagian orang memerlukan cairan infus
dan transfuse darah. Professional pelayanan kesehatan dapat menentukan untuk merujuk
pasien ke rumah sakit jika pasien mengalami tanda-tanda peringatan yang serius,
khusnya jika pasien tersebut telah mengalami kondisi kesehatan kronis.
Asetaminofen (Tylenol) dapat diberikan apabila pasien
mengalami demam dan nyeri. Beberapa jenis obat anti peradangan seperti ibu
profen dan aspirin tidak dianjurkan karena obat tersebut dapar mengakibatkan
resiko perdarahan. Tranfusi darah harus diberikan lebih awal jika tanda vital
pasien berubah atau tidak normal dan jika jumlah sel darah merahnya menurun.
Pada pasien yang sedang dalam masa pemulihan, pemberian
cairan infus dihentikan untuk mencegah pasien kelebihan cairan. Jika pasien
tidak lagi dalam kondisi kritis, maka dapat diberikan diuretic furosemide
(Lasix) yang dapat membantu untuk mengeluarkan cairan berlebih dari sirkulasi
darah pasien.
5) Pencegahan
Terdapat
dua vaksin yang telah disetujui sebagai vaksin untuk mencegah manusia agar
tidak terserang virus dengue. Untuk mencegah infeksi, World Health Organization
(WHO) menyarankan pengendalian populasi nyamuk dan melindungi masyarakat dari
gigitan nyamuk.
WHO
menganjurkan program untuk mencegah dengue (disebut program "Integrated
Vector Control") yang mencakup lima bagian yang berbeda, yaitu :
a)
Advokasi, menggerakkan masyarakat, dan
legislasi atau undang-undang harus digunakan agar organisasi kesehatan
masyarakat dan masyarakat menjadi lebih kuat.
b)
Semua bagian masyarakat harus bekerja bersama
termasuk sector umum seperti pemerintah, sector swasta seperti bisnis atau
perusahaan, dan bidang perawatan kesehatan.
c)
Semua cara untuk mengendalikan penyakit harus
terintegrasi sehingga sumber daya yang tersedia dapat memberikan hasil yang
paling besar.
d)
Keputusan harus dibuat berdasarkan pada
bukti. Ini akan membantu memastikan bahwa intervensi atau tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi dengue berguna.
e)
Wilayah dimana dengue menjadi masalah harus
diberi bantuan, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk
merespon dengan baik penyakit dengan usaha mereka sendiri.
WHO juga menyarankan beberapa tindakan khusus untuk
mengendalikan dan menghindarkan gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk
mengendalikan nyamuk “Aedes aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya. Masyarakat
harus mengosongkan wadah air yang terbuka sehingga nyamuk tidak dapat bertelur
di dalam wadah-wadah terbuka tersebut. Insektisida atau agen-agen pengendali biologi juga dapat digunakan
untuk mengendalikan nyamuk di wilayah-wilayah ini. Air yang tergenang harus
dibuang karena air tersebut menarik nyamuk, dan juga karena manusia dapat
terkena masalah kesehatan jika insektisida menggenang di dalam air. Untuk
mencegah gigitan nyamuk, orang-orang dapat memakai pakaian yang menutup kulit
mereka sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk seperti semprotan
nyamuk, yang membantu menjauhkan nyamuk. Orang-orang juga dapat menggunakan
kelambu saat beristirahat.
F. Ricketsiologi
1. Defenisi
Ricketsiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
ricketsia. Ricketsia merupakan bakteri yang patogen kepada manusia dan
merupakan parasit obligat intra seluler, ukuran sangat kecil, selalu terdapat
dalam sel endotel pembuluh darah kecil, mengandung asam-nukleat (RNA dan DNA),
berkembang biak dengan membelah biner, Ditularkan ke manusia dengan perantara
arthopoda, misalnya melalui gigitan serangga pada kulit.
2. Klasifikasi
ricketsia
Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Alpha Proteobacteria
Order : Rickettsiales
Family :
Rickettsiaceae
Genus : Rickettsia
Spesies : Rickettsia felisrickettsia prowazekii
Rickettsia rickettsia
Rickettsia typhi
Rickettsia conorii
Rickettsia africae
Rickettsia akari
3. Karakteristik ricketsia
a. Bentuk coccus basil pleumorfik,
batang pendek/coccus.
b. Bersifat asam negatif.
c. Kurang terwarnai dengan pewarnaan
gram.
d. Dengan menggunakan pewarnaan giemsa,
berwarna biru, dapat dilihat dengan mikroskop biasa / mikroskop cahaya.
e. Tumbuh dalam kantong kuning telur
bertunas / pada kuning telur berembrio.
f. Preparat didapat dari suspensi
kuning telur yang disentrifugasi
g. Isolasi ricketsia hanya pada lab
yang direkomendasikan (alasan keamanan biologis).
h. Dapat tumbuh pada kultur sel 8-10
jam suhu 34oC.
i. Mudah mati apabila disimpan pada
suhu kamar.
j. Rickettsia bila diberi sulfonamid
maka penyakit bertambah parah karena meningkatkan pertumbuhan kuman.
k. Tetrasiklin dan chlorampenicol
adalah therapi efektif karena menghambat pertumbuhan kuman.
l. Ricketsia cepat mati/hancur dengan
pemanasan, pengeringan, dan bahan kimia bakteriostatik/balterisid.
m. Dalam kotoran kering dari
serangga/parasit yang mengandung rickettsia prawazekle tahan hidup
berbulan-bulan, meski disimpan dalam suhu kamar.
4. Ricketsia penyebab penyakit pada
manusia
a. Rickettsia
typhi
1) Defenisi
Rickettsia
typhi adalah spesies
dari genus Rickettsia yang merupakan agen penyebab tifus murine atau tifus
endemik. Tifus murine adalah bentuk tifus yang ditularkan oleh kutu yang
biasanya terdapat pada tikus.
2) Tanda dan gejala
Gejala tifus endemik antara lain
sakit kepala, demam, nyeri otot, nyeri sendi, mual, muntah, serta ruam pada
kulit pada 6 hari setelah timbulnya gejala.
3) Diagnosa
Diagnosis berdasarkan riwayat klinis
pasien, pemeriksaan fisik, dan tes berdasarkan identifikasi genus bakteri dan
spesies dengan menguji PCR biopsi kulit, ruam kulit, lesi kulit atau sampel
darah atau dengan pewarnaan immunohistological yang mengidentifikasi bakteri
yang menginfeksi jaringan.
4) Pengobatan
Tifus endemik dapat diobati dengan
antibiotik. Kebanyakan pasien dapat sembuh sepenuhnya namun kematian dapat
terjadi pada pasien usia lanjut, cacat berat atau dengan sistem kekebalan tubuh
yang menurun. Antibiotik yang paling efektif digunakan yaitu tetrasiklin dan
kloramfenikol.
5) Pencegahan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah tifus endemik yaitu dengan menghindari kontak dengan vektor yang
menyebabkan tifus endemik termasuk kutu atau kotoran tinja dari tikus. Di
daerah yang menjadi wabah dari tifus endemik, dilakukan upaya membebaskan hewan
domestikdari kutu merupakan tindakan pencegahan yang baik. Beberapa ahli juga
menyarankan bahwa sanitasi yang baik akan mengurangi populasi tikus dan hewan
lain yang dapat membawa bibit penyakit.
G. Mikologi
1. Defenisi
Jamur atau
fungi adalah tumbuh-tumbuhan yang berbentuk satu sel atau bentuk benang
bercabang-cabang, mempunyai dinding dari selulose
atau khitin atau keduanya mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih
inti, tidak mempunyai khlorofil, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Ilmu yang mempelajari jamur disebut mikologi atau fikologi. Penyakit yang disebabkan
oleh jamur menyerang kepada manusia, yang menimbulkan gejala pada kulit, rambut
dan kuku disebut Mikosa Superfisialis,
sedangkan mikosis yang mengenai alat tubuh manusia bagian dalam misalnya
saluran pencernaan disebut Mikosa
Profunda atau Mikosa Sistemik.
2. Sifat umum jamur
Jamur
sebagaimana kuman lainnya, untuk hidup memerlukan zat organik sebagai sumber
tenaga, sehingga jamur digolongkan sebagai heterotrop
bukan autotrop. Jamur menggunakan
enzim untuk mengubah zat organik untuk pertumbuhannya sehingga jamur, selain heterotrop juga merupakan saprofit. Jamur memperoleh karbohidrat
dan zat organik yang lain berasal dari tumbuhan, binatang, dan lain-lainnya
yang mati menjadi zat anorganik.
3. Morfologi jamur
Organisme yang
digolongkan keadaan jamur meliputi sebagai berikut :
a. Khamir (Yeast = ragi), yaitu sel-sel
berbentuk bulat, lonjong atau memanjang, berkembang biak dengan membentuk
tunas. Membentuk koloni yang basah dan berlendir serta tidak bergerak. Ukuran
khamir antara 5-10 mikron, 5 atau 10 kali dari bakteri.
b. Kapang,
yang terdiri dari hifa adalah sel-sel yang memanjang dan bercabang. Hifa dapat
bersekat atau tidak bersekat. Anyaman dari hifa disebut miselium.
1) Bentuk Dimorfik, yaitu bentuk antara khamir dan kapang. Terkadang khamir
membentuk tunas yang memanjang yang bertunas lagi pada ujungnya secara terus
menerus sehingga berbentuk seperti hifa dengan sekat-sekat. Dengan demikian
disebut hifa semu. Hifa semu yang menyusun suatu anyaman, maka anyaman tersebut
disebut miselium semu.
4. Jamur penyebab penyakit pada manusia
a. Tinea corporis
1) Defenisi
Tinea corporis adalah suatu infeksi
dermatofita yang ditandai dengan radang maupun luka pada kulit. Trichophyton rubrum adalah salah satu
penyebab yang paling umum menyebabkan tinea corporis. Tinea corporis dapat
terjadi pada laki-laki dan perempuan, terjadi pada semua kelompok umur, tetapi
angka kejadian paling tinggi pada remaja. Penularan juga dapat terjadi melalui
kontak langsung atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur seperti
handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel, produk perawatan pribadi,
sprei, sisir, peralatan olahraga, dan sebagainya.
2) Tanda dan gejala
Beberapa gejala yang muncul pada
penderita kurap seperti penderita akan merasa gatal, terdapat papula berwarna
kemerahan yang dapat melebar, pada bagian tepi terdapat lesi yang merupakan
tanda peradangan umumnya berbentuk bulat dan bersisik jika disentuh,
kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan, serta jika terkena air
akan terasa pedih.
3) Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis dan ruam yang diderita pasien. Infeksi dapat
terjadi setelah kontak dengan orang yang terinfeksi serta hewan ataupun objek
yang baru terinfeksi. Umumnya pasien akan mengalami gatal-gatal, nyeri, atau
bahkan sensasi terbakar.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
menggunakan lampu wood yang mengeluarkan sinar UV yang jika didekatkan pada
lesi akan timbul warna kehijauan. Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan
sediaan langsung menggunakan kalium hidroksida atau KOH 10-20% yang apabila
positif akan memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora.
Pemeriksaan dengan biakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung dengan
sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media buatan yaitu medium agar dekstrosa sabouruad
sehingga dapat memberikan hasil yang lebih lengkap, akan tetapi lebih sulit
dikerjakan dan memerlukan waktu yang cukup lama bila dibandingkan dengan
pemeriksaan sediaan langsung.
4) Pengobatan
Tinea corporis dapat diobati dengan
pemakaian krim anti jamur topical pada kulit, tetapi untuk pengobatan sistemik
obat oral juga dapat direkomendasikan. Anti jamur topical digunakan jika
terdapat lesi dalam dua kali sehari selama 3 minggu. Lesi biasanya dapat sembuh
dalam waktu 2 minggu, namun terapi tetap harus dilanjutkan selama seminggu lagi
untuk memastikan jamur benar-benar diberantas. Pemakaian untuk obat oral dapat
dilakukan satu kali sehari selama 7 hari dan menghasilkan tingkat kesembuhan
klinis yang lebih tinggi. Obat anti jamur yang paling sering digunakan yaitu
itrakonazol dan terbinafine.
5) Pencegahan
Jamur menyukai lingkungan yang
hangat dan lembab, maka dari itu, untuk mencegah penyakit kurap dengan menjaga
kulit tetap bersih dan tidak lembab serta menghindari kontak dengan benda-benda
yang dapat menjadi sumber infeksi adalah cara yang dapat dilakukan. Beberapa
langkah-langkah pencegahan dasar, sebagai berikut :
a) Mencuci tangan setelah memegang
hewan, tanah, dan tanaman
b) Menghindari kontak langsuk dengan
penderita kurap
c) Menggunakan pakaian yang menyerap
keringat dan nyaman dipakai
d) Menjaga lingkungan sekitar agar
tetap bersih, dan sehat
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bahasa Yunani mikrobiologi
dibagi menjadi tiga kata yaitu micros artinya kecil, bios artinya hidup, dan
logos artinya ilmu. Jadi, mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
makhluk hidup yang terlalu kecil untuk dilihat secara jelas dengan mata
telanjang. Makhluk hidupnya sendiri disebut dengan mikroba atau jasad renik.
Bakteriologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bakteri. Bakteri merupakan mikroba dengan dinding sel yang
berfungsi melindungi protoplast.
Virologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang virus, yaitu suatu mikroba yang lebih kecil dari kuman,
oleh karenanya ia dapat melewati saringan yang biasa digunakan untuk menyaring
(filtrasi) kuman.
Ricketsiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang ricketsia. Ricketsia merupakan bakteri
yang patogen kepada manusia dan merupakan parasit obligat intra seluler, ukuran
sangat kecil, selalu terdapat dalam sel endotel pembuluh darah kecil,
mengandung asam-nukleat (RNA dan DNA), berkembang biak dengan membelah biner,
Ditularkan ke manusia dengan perantara arthopoda, misalnya melalui gigitan
serangga pada kulit.
Jamur atau fungi adalah
tumbuh-tumbuhan yang berbentuk satu sel atau bentuk benang bercabang-cabang,
mempunyai dinding dari selulose atau
khitin atau keduanya mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih
inti, tidak mempunyai khlorofil, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Ilmu yang mempelajari jamur disebut mikologi atau fikologi.
B. Saran
Mikrobiologi sangat
perlu untuk dipelajari dan diketahui sebab manusia dalam segala aktivitasnya
selalu berinteraksi dengan mikroorganisme, maka dari itu penting bagi kita
untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga imunitas tubuh untuk
terhindar dari penyakit serta meningkatkan derajat kesehatan kita.
DAFTAR PUSTAKA
ADAM, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar
mikrobiologi parasitologi untuk perawat. Jakarta: EGC
M. Hasyimi. 2010. Mikrobiologi
parasitologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: TIM
Budiyanto, Moch. Agus Kresno, 2004.
Mikrobiologi terapan, Universitas muhammadiyah Malang
id.wikipedia.org/wiki/Sifilis
(diakses pada tanggal
15 Desember 2014 pukul 15.45 WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue
(diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pukul 10.25 WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Rickettsia
(diakses pada tanggal
18 Desember 2014 pukul 20.16
WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Rickettsia
(diakses pada tanggal
18 Desember 2014 pukul 20.40
WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Tinea_corporis
(diakses pada tanggal 20 Desember 2014 pukul 16.24 WITA)
No comments:
Post a Comment