Wednesday, February 4, 2015

MAKALAH PARASITOLOGI



MATA KULIAH   : PARASITOLOGI
NAMA DOSEN   : Dr. NILAWATY ULY, S.Si.,Apt.,M.Kes


MAKALAH PARASITOLOGI





OLEH :

DEWI CITRA UTAMI
(K.13.01.002)


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA PALOPO
2015


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.  Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”PARASITOLOGI” dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi  kita semua.



                                                                        Palopo, Januari 2015

Penulis 

                                                         DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah................................................................................... 1
C.   Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
D.   Manfaat Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.   Pengertian Parasitologi........................................................................... 3
B.   Protozoologi............................................................................................... 7
C.   Helmintologi............................................................................................ 21
D.   Entomologi.............................................................................................. 30
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan............................................................................................. 38
B.   Saran........................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tantang organisme (jasad hidup), yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain dapat bersifat sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga organisme lain tersebut dirugikan. Organisme atau makhluk hidup yang menumpang disebut dengan parasit. Organisme atau makhluk hidup yang ditumpangi biasanya lebih besar daripada parasit disebut Host atau Hospes, yang memberi makanan dan perlindungan fisik kepada parasit.
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan parasitologi serta klasifikasinya?
2.    Apakah yang dimaksud dengan protozoologi?
3.    Apakah yang dimaksud dengan helmintologi?
4.    Apakah yang  dimaksud dengan entomologi?
C.   Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari parasitologi serta klasifikasinya.
2.    Untuk mengetahui pengertian dari protozoologi.
3.    Untuk mengetahui pengertian dari helmintologi.
4.    Untuk mengetahui pengertian dari entomologi.
D.   Manfaat Penulisan
1.    Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari parasitologi serta klasifikasinya.
2.    Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari protozoologi.
3.    Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari helmintologi.
4.    Mahasiswa (i) mengertahui pengertian dari entomologi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Parasitologi
Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari organisme tersebut.Beberapa istilah penting yang perlu diketahui, antara lain :
1.    Simbiose, merupakan bentuk hidup bersama dua jenis organisme yang bersifat permanen dan tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa jenis simbiose, yaitu :
a.    Simbiose mutualisme, yaitu simbiose yang saling menguntungkan bagi kedua jenis organisme tersebut.
b.    Simbiose komensalisme, yaitu simbiose dimana satu pihak mendapat keuntungan sedangkan yang lain tidak dirugikan.
c.    Simbiose parasitisme, yaitu simbiose dimana satu jenis mendapatkan makanan dan keuntungan, sedangkan yang lain dirugikan bahkan dibunuh.
d.    Simbiose obligat, yaitu bentuk simbiose dimana parasitnya tidak dapat hidup tanpa hospes.
e.    Simbiose fakultatif, yaitu simbiose dimana parasitnya dapat hidup walaupun tanpa hospes.
f.     Simbiose monoksen, yaitu simbiose dimana parasitnya hanya dapat hidup pada satu spesies hospes.
g.    Simbiose poliksen, yaitu simbiose yang menghinggapi lebih dari satu spesies.
h.    Simbiose parasit permanen, yaitu bnetuk simbiose dimana parasitnya selama hidupnya tetap pada hospesnya.
i.      Simbiose parasit temporer, yaitu bentuk simbiose dimana parasit pada hospesnya hanya sewaktu-waktu.
2.    Hospes, yaitu organisme yang merupakan tempat atau organisme yang dihinggapi parasit. Dikenal ada beberapa  jenis hospes,yaitu :
a.    Hospes defenitif, yaitu hospes dimana terdapat parasit dalam stadium dewasa di dalam tubuh hospes terjadi perkembangbiakan secara seksual.
b.    Hospes paratenik, yaitu hospes dimana parasit hanya terdapat dalam stadium larva dan tidak dapat berkembang menjadi stadium dewasa dan tidak terjadi perkembangbiakan parasit secara seksual dan parasit ini dapat ditularkan kepada hospes defenitif karena parasit dalam stadium ini merupakan stadium infektif.
c.    Hospes intermediate (perantara), yaitu hospes dimana parasit di dalamnya menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan kepada hospes/manusia yang lain.
d.    Hospes reservoir, yaitu hewan yang mengandung parasit yang sama dengan parasit manusia dan dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia.
e.    Hospes obligat, yaitu hospes tunggal yang merupakan satu-satuny spesies yang dapatmenjadi tuan rumah dari parasite dewasa.
f.     Hospes alternatif, yaitu hospes utama yang mengandung parasit namun ada spesies lain yang dapat sebagai hospes yang mengandung parasite dewasa.
g.    Hospes insidental, yaitu bila suatu spesies secara kebetulan dapat mengandung parasit dewasa, padahal hospes yang sesungguhnya adalah spesies lain.
3.     Vektor, yaitu hewan yang di dalam tubuhnya terjadi perkembangbiakan dari parasit, dan parasit itu dapat ditularkan kepada manusia atau hewan lainnya. Biasanya yang berperan sebagai vektor adalah serangga.
4.    Zoonosis, yaitu parasit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia.
Secara umum, pembagian parasit berdasarkan atas jenis parasit tersebut yaitu kelompok tumbuhan atau kelompok binatang. Atas dasar ini parasit dibagi menjadi :
1.    Zooparasit, yaitu parasit yang berupa makanan. Zooparasit dibagi menjadi 3 yaitu : protozoa, metazoa (bersel banyak) seperti cacing dan arthropoda (antara lain : serangga).
2.    Fitoparasit, yaitu parasit yang berupa tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari bakteri (dianggap tumbuhan) dan fungi/jamur.
3.    Spirochaeta dan Virus. Sebagian besar ilmuwan sependapat bahwa kelompok ini tidak dimasukkan ke dalam kelompok binatang atau tumbuhan.
Selain pembagian tersebut di atas, parasit dapat dibagi berdasarkan letak atau tempat dimana parasit tersebut hidup. Sehingga dikenal istilah :
1.    Endoparasit, yaitu jenis parasit yang hidup  di dalam tubuh hospes.
2.    Ektoparasit, yaitu jenis parasit yang hidup di luar/dipermukaan tubuh hospes.
Parasitologi yang mempelajari hubungan antara manusia dan penyebab kesakitan atau kematian bagi manusia disebut Parasitologi kedokteran (Medical parasitologi). Penyebab kesakitan dan kematian pada manusia tesebut dapat dari protozoa, helminthes (kelompok cacing), arthropoda, fungi (jamur) dan virus.
Selain pembagian parasit sebagaimana di atas, klasifikasi parasit dapat berdasarkan jenis organisme parasit, sehingga pembagian parasit sebagai berikut :
1.    Protozoa, parasit yang berasal dari protozoa dibagi dalam 4 kelas, yaitu : Sporozoa, Rhizopoda, Flagellata/Mastighopora, dan Ciliata.
2.    Helminthes (Helmin atau kelompok cacing), helmintes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu : Nemathelmintes,(antara lain Nematoda dan Plathelmintes (termasuk Trematoda dan Cestoda).
3.    Fungi/Jamur
4.    Arthropoda. Dimana arthropoda yang penting dalam bidang kesehatan, adalah kelas Hexapoda (insekta) yang terdiri dari 7 ordo.
B.   Protozoologi
1.    Defenisi
Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah hewan bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok. Tiap protozoa merupakan satu sel yang merupakan kesatuan yang lengkap, baik dalam susunan maupun fungsinya.
2.    Morfologi
Struktur dari sel protozoa terdiri dari dua bagian,antara lain:
a.    Sitoplasma, terdiri dari :
1)    Ektoplasma yaitu bagian luar yang terdiri dari hialin yang jernih dan homogen dengan struktur yang elastis. Fungsinya sebagai :
a)    Alat pergerakan,
b)    Mengambil makanan,
c)    Ekskresi,
d)    Respirasi, dan
e)    Mempertahankan diri.
2)    Endoplasma adalah bagian dalam dari sel, tidak jernih yang berbutir-butir dan di dalamnya terdapat inti. Di dalam endoplasma ini terdapat vakuola makanan, makanan cadangan, vakuola kontraktil, benda asing, dan benda kromatoid.
b.    Nukleus atau inti, adalah bagian terpenting yang diperlukan untuk mempertahankan hidup dan untuk reproduksi serta untuk mengatur metabolisme.
3.    Reproduksi
Protozoa mempunyai dua cara reproduksi (berkembang biak), yaitu :
a.    Cara aseksual (berkembang biak tanpa perkawinan)
b.    Cara seksual (berkembang biak melalui perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet)

4.    Klasifikasi Protozoa
Protozoa yang berperan sebagai parasit pada manusia dalam dunia kedokteran dibagi dalam 4 kelas, yaitu :
a.    Kelas Rhizopoda
Dari kelas Rhizopoda ini dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan morfologi dari intinya, yaitu :
1)    Genus entamoeba dengan inti Entamoeba
Inti entamoeba, yaitu kariosom kecil terletak dibagian tengah inti (eksentris atau sentris), disekeliling membran inti terdapat banyak granula kromatin. Yang termasuk dalam genus ini ada beberapa spesies, yaitu :
a)    Entamoeba histolytica
b)    Entamoeba coli
c)    Entamoeba hartmani
d)    Entamoeba gynggivalis
2)    Genus Endolimax dengan inti Endolimax
Inti endolimax, kariosomnya besar dibagian tengah inti, bentuk tidak beraturan dan dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik, tidak mempunyai kariosom perifer. Yang termasuk genus ini adalah spesies Endolimax nana.


3)    Genus Iodamoeba dengan inti Iodamoeba
Inti iodamoeba, kariosomnya besar terletak di bagian tengah inti dikelilingi butir-butir akromatik, kromatin perifer tidak ada. Yang termasuk genus ini adalah spesies Iodamoeba butschili.
4)    Genus Dientamoeba
Parasit kecil, hanya terdapat stadium trofozoit yang mempunyai 2 inti dientamoeba, kariosomnya di bagian tengah inti terdiri dari beberapa granula kromatin dan membentuk lingkaran yang dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik. Yang termasuk genus ini adalah spesies Dientamoeba fragilis.
Manusia merupakan hospes dari 7 spesies Rhizopoda yang 6 diantaranya berhabitat di rongga usus besar, yaitu : E. histolytica, E. coli, E. hartmani ,E.nana, I. butschili, dan D. fragilis, sedangkan satu spesies yaitu E. gynggivalis hidup di rongga mulut manusia. Dari 7 spesies ini hanya Entamoeba histolytica yang patogen sedang 6 spesies lainnya tidak patogen dan hidup komensal pada manusia. Terdapat juga Amoeba yang hidup bebas dan patogen, yaitu spesies Naegleria fauleri dari genus Naegleria dan Achanthanoeba culbertsoni dati genus Achanthanoeba.

b.    Kelas Ciliata
Kelas ciliata adalah golongan protozoa yang mempunyai badan yang diliputi oleh silia, terdiri dari benang yang berasal dari ektoplasma yang pendek dan halus dan sama panjang. Silia ini merupakan bulu getar yang dapat bergerak. Dari kelas ini hanya satu genus dan satu spesies yang penting dalam ilmu kedokteran, yaitu Balantidium coli.
c.    Kelas Mastigophora (Flagellata)
Parasit dari kelas ini merupakan protozoa yang mempunyai satu atau lebih flagel yang mempunyai kekuatan untuk bergerak. Parasite ini dibagi menjadi dua golongan berdasarkan habitatnya, yaitu :
1)    Flagellata intestinalis, oral, dan genital yang menginfeksi saluran pencernaan, rongga mulut, dan tractus urogenital. Dari golongan ini yang patogen hanya ada dua spesies, yaitu :
a)    Giardia lamblia
b)    Trichomonas vaginalis
2)    Flagellata darah dan jaringan, yang menginfeksi sistem vaskular dan bermacam jaringan tubuh. Dari golongan ini yang patogen terdapat dua genus, yaitu :
a)    Genus Leishmania yang terdiri dari spesies L. donovani, L. tropica, dan L. brasiliensis.
b)    Genus Trypanosoma, yang terdiri dari spesies T. rhodesiense, T. gambiense, dan T. cruzi.
Hampir semua golongan flagellata mempunyai stadium trofozoit dan stadium kista, kecuali genus Trichomonas, yang hanya mempunyai stadium trofozoi. Stadium trofozoit mempunyai beberapa flagel yang keluar dari bleparoplas. Juga terdapat membran bergelombang yang mempunyai dasar costa. Kadang-kadang ada struktur yang tampak sebagai garis dari anterior ke posterior yang disebut axostyl. Ada beberapa flagellata yang mempunyai sitosoma. Cara berkembangbiak dari protozoa ini secara aseksual dengan belah pasang longitudinal.
d.    Kelas Sporozoa
Parasit yang termasuk kelas sporozoa ini berkembangbiak bergantian secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan ini dapat terjadi dalam satu hospes yang ditemukan pada Coccidia, sedang pada Haemosporidia diperlukan dua macam hospes yang berlainan jenis. Perkembangbiakan secara aseksual disebut Schizogoni dan perkembangbiakan secara seksual disebut Sporogoni. Parasite ini dapat hidup di dalam atau di luar berbagai macam vertebrata dan invertebrata. Spesies dari sporozoa yang dapat menginfeksi manusia terdiri dari :
1)    Coccidia, yang terdiri dari :
a)    Genus Eimeria
b)    Genus Isospora
c)    Genus Toxoplasma
2)    Haemosporidia, yang terdiri dari :
a)    Plasmodium
5.    Protozoa yang menginfeksi manusia
a.    Entamoeba histolytica
1)    Defenisi
Parasit ini pertama kali ditemukan oleh “Lambl” tahun 1859, sedang 1875 “Losch” membuktikan sifat patogen dari parasit ini, dan Schaudinn (1903) dapat membedakan jenis Amoeba yang patogen dan yang apatogen.
Domain   : Eukaryota
Filum       : Amoebozoa
Kelas       : Archamoebae
Ordo         : Amoebida
Genus     : Entamoeba
Spesies   : Entamoeba histolytica
Parasit ini tersebar luas di seluruh dunia, tapi lebih banyak di daerah tropis dan subtropis daripada di daerah beriklim sedang. Hospes dari parasit ini adalah manusia dan kera. Di Cina, anjing dan tikus liar merupakan sumber infeksi bagi manusia. Walaupun bukan merupakan faktor penting dalam penyebaran penyakit pada manusia, maka hewan-hewan ini dianggap sebagai hospes reservoir dari E. histolytica.
Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun pada ph netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif untuk kemudian berkembang menjadi 4 tropozoit metakistik. Stadium ini kemudian berkembang lebih lanjut menjadi tropozoit di dalam usus besar. Dirongga usus halus dinding kista dihancurkan , terjadi ekskistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang yang masuk kerongga usus besar. Bentuk minuta dapat berubah menjadi bentuk histilytica yang patogen dan hidup di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah, bentuk histolytica dapat tersebar ke hati, paru-paru, dan otak.
2)    Patologi dan Gejala Klinik
Masa inkubasi dari infeksi E. histolytica ini berkisar antara 4 sampai 5 hari. Saat stadium histolytica dari parasit ini memasuki mukosa usus besar, maka pada stadium ini akan mengeluarkan enzim histolisin yang akan menghancurkan jaringan, lalu stadium histolytica ini akan memasuki lapisan submukosa setelah menembus lapisan muskularis mukosa. Di lapisan submukosa, Amoeba ini akan memperbanyak diri dengan cara pembelahan menjadi jumlah yang banyak dan membentuk koloni dan menghancurkan jaringan di sekitarnya dan menjadi bahan yang sudah dihancurkannya menjadi makanan. Kemudian Amoeba  akan bergerak ke segala arah dan menghancurkan daerah submukosa dan akan membentuk abses yang akhirnya pecah dan menimbulkan ulkus. Lesi yang terjadi merupakan ulkus-ulkus kecil yang menyebar di mukosa usus. Ulkus ini pada irisan vertical mempunyai gambaran seperti botol, yaitu dengan lubang yang sempit di lapisan mukosa, tapi melebar pada dasarnya di lapisan submukosa. Tepi ulkus ini tidak teratur agak meninggi bergerigi dan dasarnya bergaung.
Stadium histolytica akan ditemukan pada dasar dinding ulkus. Bila terjadi peristaltik usus maka stadium ini akan dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga usus dan dapat menyerang mukosa usus di sekitarnya dan dapat pula keluar dari tubuh manusia bersama tinja. Tinja yang dikeluarkan dari tubuh penderita akan bercampur dengan lender dan darah. Tempat yang sering dihinggapi oleh parasite ini adalah sekum, rektum, dan kolon sigmoid. Bila infeksi berat maka dapat mengenai seluruh kolon dan rektum.
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yang ditimbulkan seperti buang air besar disertai darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera makan, berat badan turun, demam dan rasa dingin.
3)    Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
a)    Diagnosis klinik,
b)    Diagnosis laboratorium,
c)    Radio foto, dan
d)    Tes immunologi.
Diagnosis untuk Amoebiasis histolytica dapat dibagi :
1)    Amoebiasis intestinal akut
Amoebiasis intestinal akut terjadi jika seseorang mengalami gejala yang berat dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 bulan. Hal ini teradi karena peradangan akut di kolon dengan adanya ulkus yang menimbulkan gejala yang dikenal syndrome disentri. Gejala tersebut merupakan gejala yang terdiri dari diare encer dengan tinja yang bercampur darah dan lendir.
Amoebiasis intestinal akut, dapat ditegakkan dengan :
a)    Gejala klinik, yaitu diare yang terjadi sekitar 10 kali sehari disertai demam dan sindroma disentri.
b)    Laboratorium, ditemukan E. histolytica stadium histolytica pada tinja encer yang bercampur darah. Pada pemeriksaan darah terjadi leukositosis.
2)    Amoebiasis intestinal kronis
Biasanya berupa gejala ringan tanpa demam, ada rasa tidak nyaman di perut dan rasa mual disertai diare yang bergantian dengan obstipasi. Tinja yang dikeluarkan biasanya padat, kadang-kadang diliputi darah dan lendir yang tidak merata. Amoebiasis intestinal kronis dapat ditegakkan dengan :
a)    Gejala klinik, diare bergantian dengan obstipasi. Bila terjadi eksa serbasi akut, biasanya terjadi sindroma disentri.
b)    Laboratorium, menemukan E. hisolytica stadium kista pada tinja yang agak padat. Pada pemeriksaan ini lebih sulit untuk menemukan parasite ini, maka perlu dilakukan pemeriksaan tinja berulang sampai 3 kali. Dapat pula dilakukan sigmoidoskopi dan reaksi serologi.
3)    Amoebiasis hepatis
a)    Pemeriksaan klinik, penderita datang dengan kesakitan, membungkuk seperti menggendong perut sebelah kanan, disertai demam, berat badan menurun, dan nafsu makan berkurang atau sama sekali tidak ada nafsu makan. Pada palpasi teraba hati yang membesar dengan nyeri tekan.
b)    Laboratorium, dalam darah ditemukan leukositosis. Pada biopsy dasar abses ditemukan E. histolytica  stadium histolytica. Bila E. histolytica  tidak ditemukan maka dapat dilakukan tes serologi seperti:
·         Tes haemaglutinasi
·         Tes immunologi
Pada rontgen foto biasanya ditemukan peninggian diafragma.
4)    Amoebiasis paru (Pulmonary amoebiasis)
a)    Pemeriksaan klinik, sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya, hal ini karena tidak ada laporan mengenai gejala klinik yang khas dari Pulmonary amoebiasis.
b)    Laboratorium, sputum penderita yang berasal dari penyebaran amoebiasis secara hematogen  akan ditemukan E. histolytica stadium histolytica.
4)    Pengobatan
Drug of choise dari E. histolytica stadium histolytica pada dinding usus besar, hati, dan lesi pada alat yang terkena penyebaran adalah :
a)    Emetin hydro chlorida dan Dehydroemetin secara parenteral
Emetin hydro chloride efektif terhadap bentuk histolytika. Dan tidak dianjurkan pada wanita hamil dan penderita gangguan ginjal dan jantung. DHE kurang toksik dibandingkan Emetin Hydro chlorida. Pemberian oral toksisitasnya tinggi dan absorpsinya rendah.
Dosis :
·         Dewasa                     : 65 mg/hari
·         Anak > 8 tahun        : < 20 mg/hari selama 4-6 hari atau 5-7 hari
·         Anak < 8 tahun        : < 10 mg / hari
b)    Metronidazol
Metronidazol efektif terhadap bentuk histolytika dan kista. Absorbsi pada pemberian oral baik, serta waktu paruh obat ini 8 – 10 jam. Metronodazol di ekskresikan malalui urin, air liur, ASI, cairan vagina, dan cairan seminal.
Dosis :
·         Dewasa         : 3 x 750 mg / hari selama 5-10 hari
·         Anak               : 35 – 50 mg / KgBB / hari dalam 3 dosis


c)    Iodochlor hydroxiquin atau Clioquinol
Efektif untuk bentuk kista. Hanya efektif untuk Amoebiasis Intestinal. Pada pemberian oral, sebagian obat akan diserap ¼ dari yang diberikan dan ditemukan di dalam urine.
Dosis :
Sediaan tablet 250 mg
·         Dosis Dewasa : 3 x 650 mg selama 20 hari
·         Dosis anak : 30 - 40 mg / KgBB / hari, terbagi dalam
tiga dosis
d)    Paromomycin
Paromomycin termasuk dalam golongan aminoglycoside dan bersifat amoebicida secara invitro maupun invivo. Bekerja langsung terhadap Amoeba serta bersifat anti bakteri  baik terhadap organisme normal maupun patogen dalam usus. Pemberian oral hanya sedikit yang di absorbs dan sangat toksik terhadap ginjal.
Dosis :
·         25 – 35 mg / KgBB / hari, dan terbagi dalm 3 dosis. Diberikan bersama makanan selama 5 – 10 hari.
5)    Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan secara perorangan seperti mencuci tangan dengan sabun sesudah mencuci anus, dan kebersihan lingkungan seperti membiasakan memasak makanan dan minuman dengan sempurna, menghindari makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kotoran manusia. Tidak memakai tinja manusia sebagai pupuk. Membuang tinja dan kotoran pada tempat yang tidak akan terkontaminasi dengan makanan.
C.   Helmintologi
1.    Defenisi
Helmintologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang hidup pada manusia yang berupa cacing.
Berdasrkan taksonomi, parasit cacing yang hidup pada manusia dibagi menjadi :
a.    Nemathelminthes = cacing benang, yaitu yang berbadan bulat panjang (silindris), mempunyai rongga badan,dan berjenis kelamin terpisah (jantan dan betina),terdiri dari :
1)    Nematoda intestinal
2)    Nematode jaringan
b.    Plathyhelminthes = cacing pipih, tidak mempunyai rongga badan, dan biasanya mempunyai alat kelamin ganda atau hermafrodit, terdiri dari :
1)    Trematoda (cacing daun)
a)    Berbentuk daun
b)    Tidak bersegmen
c)    Mempunyai alat pencernaan
2)    Cestoda (cacing pita)
a)    Berbentuk pita
b)    Badan beruas-ruas (bersegmen)
c)    Tidak mempunyai alat pencernaan
2.    Morfologi
Nematoda merupakan jumlah spesies yang terbesar di antara cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia. Cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Tidak bersegmen, berbentuk bulat seperti benang, tubuh dilipiti kutikula.
b.    Ukuran besar dan panjang berbeda-beda dari 2 mm sampai lebih dari 1 meter.
c.    Mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan, saluran pencernaan, sistem saraf, sisten ekskresi, dan sistem reproduksi yang terpisah
d.    Pada umumnya bertelur, adapula yang vivipara atau berkembangbiak secara partogenesis.
e.    Bentuk yang sudah dewasa tidak bertambah banyak dalam tubuh manusia.
f.     Pada umumnya mempunyai fase di luar tubuh hospes dengan atau tanpa hospes perantara.
g.    Telur atau larva yang dikeluarkan daritubuh hospes dengan berbagai cara, sedangkan jumlah telur yang dikeluarkan dari tubuh hospes bervariasi antara 20 – 200.000 butir sehari.
h.    Larva dalam kehidupannya menglami pertumbuhan dengan pergantian kulit
i.      Stadium infektif masuk ke dalam tubuh manusia dapat secara aktif tertelan atau dimasukkan oleh vector dengan tusukan, gigitan, dan sebagainya.
3.    Klasifikasi Parasit Cacing
a.    Nemathelminthes (cacing benang)
1)    Nematoda intestinal
Nematoda intestinal adalah nematoda yang berhabitat di saluran pencernaan manusi dan hewan. Diantara nematoda intestinal ini terdapat bebrapa spesies yang tergolong “Soil Transmitted Helminth”, yaitu nematode yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif,memerlukan tanah dengan kondisi tertentu, diantaranya Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichuria, Strongiloides stercoralis, dan beberapa spesies Trichostrogylus. Sedangkan yang tidak memerlukan tergolong Soil Transmitted Helminth  adalah Oxyuris vermicularis dan Trichinella spiralis

2)    Nematoda jaringan
Dalam mempelajari nematode jaringan, perlu diketahui istilah yang penting yaitu Periodisitas. Periodisitas adalah istilah yang dipakai untuk menegakkan diagnosis dari infeksi nematoda jaringan pada manusia. Periodisitas adalah periode saat mikrofilaria (larva dari nematoda jaringan) berada dalam darah tepi. Periodisitas ini ada beberapa macam, yaitu :
a)    Periodisitas nocturna yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi pada malam hari
b)    Periodisitas diurnal yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi pada siang hari.
c)    Sub-periodisitas nocturna, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi malam hari lebih banyak dari pada siang hari.
d)    Sub-periodisitas diurna, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi siang hari lebih banyak daripada malam hari.
e)    Non-periodik, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi sama siang dan malam, jadi setiap saat mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi.
Diantara nematoda jaringan yang penting dalam dunia kedokteran, ada beberapa spesies, yaitu :
a)    Wuchereria bancrofti
b)    Bruhia malayi
c)    Brugia timori
d)    Loa-loa
e)    Oncocerca volvulus
f)     Dipetalonema perstans
b.    Plathyhelminthes (cacing pipih)
1)    Trematoda (cacing daun)
Pembagian trematoda berdasarkan habitatnya, antara lain :
a)    Trematoda hati (liver flukes)
-          Clonorchis sinensis
-          Opisthorchis felinus
-          Opisthorchis viverini
-          Fasciola hepatica
b)    Trematoda usus (intestinal flukes)
-          Fasciolapsis buski
-          Heterophyes heterophyes
-          Watsonius watsoni
-          Metogonimus yocogaway
-          Gastrodiscoides hominis
-          Echino stomatidae
c)    Trematoda paru-paru (lung flukes)
-          Paragonius westermani

d)    Trematoda darah
-          Schistosoma japonicum
-          Schistosoma mansoni
-          Schistosoma haematobium
2)    Cestoda (cacing pita)
Cestoda terbagi dalam 2 ordo, yaitu :
a)    Ordo Pseudophyllidea
b)    Ordo Cyclophillidea
Bentuk badan seperti pita dan terdiri dari skolek, leher antara skolek dan badan, serta strobila. Cyclophillidea umumnya mempunyai satu hospes perantara, sedang Pseudophyllidea mempunyai dua hospes perantara.
4.    Cacing yang menginfeksi manusia
a.    Oxyuris vermicularis (Enterobius vermicularis, Linnaeus 1758)
1)    Defenisi
Taksonomi Enterobius vermicularis menurut Jeffry dan Leach adalah sebagai berikut :
Kingdom        : Metazoa
Philum           : Nemathelmintes
Kelas              : Nematoda
Sub kelas      : Plasmidia
Ordo               : Rhabditia
Famili             : Oxyuroidea
Genus                        : Enterobius
Spesies          : Enterobius vermicularis
Cacing ini hidup di bagian akhir dari usus halus, didekat usus besar. Cacing ini berukuran 8-13 mm pada betina dan 2-5 mm pada jantan, mulut mempunyai pelebaran seperti sayap  disebut alae, bulbus esofagusnya jelas, ekor runcing, dan badan kaku, uterus gravid penuh berisi telur. Cacing betina dalam sehari dapat menghasilkan telur sebanyak 10.000-11.000 butir. Telur lonjong asimetris dengan dinding dua lapis. Dalam waktu 6 jam telur dilipatan anus akan menjadi infektif. Manusia akan terinfeksi dengan termakannya telur secara autoinfeksi dan retro infeksi.
Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Tahap pertama, telur cacing berpindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, sprei,  dan mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan.
Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus halus dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus besar bagian bawah.
2)    Patologi dan Gejala Klinik
Gejala terpenting adalah pruritus ani yang disebabkan karena cacing betina yang bermigrasi ke daerah anus sehingga penderita merasa gatal dan menggaruk sehingga menimbulkan luka disekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah.
Selain pruritus ani, gejala lainnya yaitu berkurangnya nafsu makan, berat badan menurun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggertak dan insomnia.
3)    Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan cara anal swab, yaitu pemeriksaan dengan mengadakan hapus anus penderita dengan menggunakan kertas selofan, kemudian kertas dihapuskan ke kaca benda object glass untuk dibuat preparat, disini baru akan dapat terlihat telur cacing tersebut. Guna menghindari hasil negatif palsu hendaknya specimen apusan perianal ini diambil sebelum daerah perianal terpapar air dalam pencucian.
4)    Pengobatan
Pada pengobatan dianjurkan seluruh keluarga dari penderita diberi pengobatan pyrantel pamoat, mebendazole, albendazole, memiliki efektifitas yang tinggi untuk mengobati infeksi cacing ini. Albendazole diberikan dengan dosis 400 mg per oral dosis tunggal pada anak > 2 tahun. Anak < 2 tahun diberikan 100 mg. mebendazole diberikan dengan dosis 100 mg per oral dosis tunggal. Pyrantel pamoat diberikan dengan dosis 10 mg / KgBB.  Keseluruhan obat jika diperlukan dapat diulangi 2 – 4 minggu kemudian.
5)    Pencegahan
Menjaga kebersihan kuku dan pakaian, membiasakan makan makanan yang terlindungi dari pencemaran, membiasakan anak selalu mengganti pakaian setelah mandi, serta membersihkan lantai rumah setiap hari dan tidak memakai alas kaki ke dalam rumah.



D.   Entomologi
1.    Defenisi
Secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang mempelajari serangga. Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari artropoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya (Millepoda dan Centipoda). Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin - entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Entomologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda yang mempunyai hubungan dengan ilmu kedokteran serta bagaimana cara pemberantasannya.
2.    Morfologi umum
Serangga pada umumnya mempunyai 4 tanda morfologi yang khas, yaitu :
a.    Badan beruas-ruas
b.    Umbai-umbai (appendages) beruas-ruas
c.    Mempunyai eksoskelet
d.    Bentuk badan simetris bilateral
Bentuk badan yang beruas-ruas itu disebelah luar dilapisi oleh lapisan khitin yang pada bagian tertentu mengeras dan membentuk eksoskelet yang berfungsi sebagai penguat tubuh dan pelindung alat dalam serta tempat melekatnya otot, pengaturan penguapan air, dan penerus rangsangan yang berasal dari luar dan pengatur suhu tubuh.
Umbai-umbai yang beruas-ruas akan tumbuh menurut fungsinya, kepala akan tumbuh menjadi antenna dan mandibular. Pada thorax tumbuh menjadi kaki dan pada abdomen tumbuh menjadi kaki pengayuh yang disebut swimmerets.
Arthropoda ini juga mempunyai saluran pencernaan, saluran pernapasan yang disebut trakea, dan saraf yang terdiri dari otak dan ganglion, perdaran darah terbuka, dan sistem reproduksi dengan jenis kelamin terpisah jantan dan betina.
3.    Siklus hidup
Dalam proses pertumbuhanya Arthropoda menjadi lebih besar, sehingga eksoskelet yang membungkus tubuhnya akan terdesak dan pecah lalu terjadi pengelupasan kulit dan tumbuh eksoskelet yang baru. Untuk pertumbuhan serangga ini dipengaruhi oleh hormon “juvenile” dan untuk pengelupasan kulit dipengaruhi oleh “ecdyson”. Selama masa pertumbuhannya, serangga mengalami perubahan brntuk yang disebut metamorfosis, yang dibagi menjadi dua yaitu :
a.    Metamorfosis sempurna yang terdiri dari stadium: telur – larva – pupa – dewasa.
b.    Metamorfosis tidak sempurna yang terdiri dari stadium: telur – larva – nimfa – dewasa.
4.    Peranan dalam dunia kedokteran
a.    Serangga sebagai penular penyakit
Dalam menularkan penyakit serangga ini dapat melalui dua cara, yaitu :
1)    Penularan secara mekanik
2)    Penularan secara biologic
b.    Serangga sebagai parasit
Serangga yang hidup sebagai parasit dan menimbulkan penyakit kepada manusia berdasarkan habitatnya dapat dibagi menjadi :
1)    Endoparasit yang hidup atau mengembara didalam jaringan tubuh manusia sebagai hospes.
2)    Ektoparasi yang hidup pada permukaan tubuh hospes.
3)    Parasit permanen, yaitu seluruh atau sebagian besar hidupnya menghinggapi satu hospes dan tidak pindah-pindah. 
4)    Parasit periodik (tidak permanen), yaitu parasit yang berpindah-pindah dari satu hospes ke hospes laindalam lingkaran hidupnya.


c.    Serangga sebagai pengandung toksin
Serangga sebagai pengandung toksin dapat memasukkan toksinnya kepada manusia dengan cara :
1)    Kontak langsung
2)    Gigitan
3)    Sengatan
4)    Tusukan
d.    Serangga sebagai penyebab alergi pada orang yang rentan
Serangga sebagai penyebab alergi dapat ditemukan pada tungau debu, dan tusukan nyamuk dapat menimbulakan gatal-gatal,
5.    Pembagian Arthropoda
Berdasarkan penting perananya dalam dunia kedokteran, maka filum arthropoda dibagi sebagai berikut :
a.    Kelas Insecta
b.    Kelas Arachnida
c.    Kelas Crustacea
d.    Kelas Chilopoda
e.    Kelas Diplopoda



6.    Penyakit yang disebabkan oleh serangga
a.    Pedikulosis
1)    Definisi
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh. Pedikulosis adalah penyakit yang disebabkan infestasi dari tuma Pediculus humanus var. capitis.
2)    Morfologi dan gejala klinis
Pediculus humanus capitis dari genus Pediculus, family Pediculidae, ordo Anoplura, kelas Insekta.
Bentuk tuma ini lonjong, pipih dorso-ventral, berukuran 1,0-1,5 mm, warna kelabu, kepala berbentuk segitiga yang mempunyai mata, sepasang antenna yang terdiri dari 3 segmen yang menyatu dan abdomen yang terdiri dari 9 ruas yang menyatu, mempunyai 3 pasang kaki, yang setiap kaki dilengkapi dengan kuku yang dipergunakan untuk berjalan dari satu helai rambut ke helai yang lain dengan menjepit rambut dengan kukunya. Tuma ini dapat berpindah dari satu hospes ke hospes yang lain.metamorfosis tidak sempurna, telur (nits) berwarna putih direkatkan pada rambut dengan perekat kitin. Tuma ini menghisap darah sedikit demi sedikit dalam waktu lama. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan daritelur-nimfa-dewasa kira-kira 18 hari dan tuma dewasa dapat hidup selama 27 hari.
Siklus hidup Pediculus humanus capitis terdiri dari stadium telur, nimfa dan dewasa. Setelah perkawinan, kutu betina dewasa akan menghasilkan 1 sampai 6 telur per hari selama 30 hari. Telur kutu berbentuk oval dan umumnya berwarna putih. Telur diletakkan oleh betina dewasa pada pangkal rambut (sekitar 1 cm dari permukaan kulit kepala) dan bergerak ke arah distal sesuai dengan pertumbuhan rambut. Telur kutu ini akan menetas setelah 7-10 hari, dengan meninggalkan kulit atau selubungnya pada rambut.
Telur yang menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa dalam waktu 9-12 hari setelah menetas. Untuk hidup, nimfa membutuhkan makanan berupa darah.
Kutu dewasa mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Kutu kepala tidak bersayap, memipih di bagian dorso-ventral dan memanjang. Kutu dewasa dapat merayap untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23 cm per menitnya. Rentang hidupnya sekitar 30 hari dan dapat bertahan hidup di lingkungan bebas sekitar 3 hari.
3)    Patogenesis dan gejala klinis 
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan tuma dan mulutnya pada waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau leher. Air liur yang merangsang timbulnya papel merah dan rasa gatal yang hebat.
Pada infeksi berat bisa terjadi infeksi sekunder hingga helaian rambut akan melekat satu dengan lain dan mengeras. Dapat ditemukan banyak tuma dewasa, telur, dan eksudat nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang. Keadaan yang berat ini disebut “Plica palonica” yang mungkin pula akan ditumbuhi jamur. Infestasi mudah terjadi dengankontak langsung.
4)    Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan kutu). Kutu betina melepaskan teluar berwarna abu-abu keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang menempel di rambut.
5)    Pengobatan
a)    Permethrin 1 % merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan paling nyaman. Digunakan secara topical dalam waktu 10 menit.
b)    Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang digunakan piretrin.
c)    Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas.
d)    Malathion tersedia dalam bentuk lotion 0,5% dan 1% digunakan untuk kutu di kepala selain itu pula dapat digunakan anti parasit lainnya seperti Ivermectin, Lindane, Isopropyl myristate , Spinosad.
e)    Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia
6)    Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan pengandung tuma ini. Pemberantasan dilakukan dengan tangan, sisir, atau dengan menggunakan insektisida golongan klorida (BHC). Pengobatan sebaiknya dilakukan setelah mencukur rambut dikepala yang terinfeksi tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari organisme tersebut.
Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah hewan bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok.
Helmintologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang hidup pada manusia yang berupa cacing. Berdasrkan taksonomi, parasit cacing yang hidup pada manusia dibagi menjadi dua yaitu nemathelmintes dan Platyhelminthes.
Entomologi berasal dari dua kata Latin yaitu entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan. Jadi, entomologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda yang mempunyai hubungan dengan ilmu kedokteran serta bagaimana cara pemberantasannya.
B.   Saran
Terhadap akibat dari gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Maka dari itu, sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. 



DAFTAR PUSTAKA

harty-parasitologi.blogspot.com/
(Diakses pada tanggal 6 Desember 2014 pukul 12.15 WITA)
firanuudianhusada.blogspot.com/p/parasitologi-a.html
(Diakses pada tanggal 6 Desember 2014 pukul 13.05 WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Parasitologi
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 09.20 WITA)
vitasernavianti.wordpress.com/2013/10/27/makalah-entomologi/
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 10.00 WITA)
id.wikipedia.org/wiki/Entomologi
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 11.35 WITA)
Rosdiana safar, Hj. 2009. Parasitologi kedokteran. Yrama widya
ADAM, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar mikrobiologi parasitologi untuk perawat. Jakarta: EGC
M. Hasyimi. 2010. Mikrobiologi parasitologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: TIM






No comments:

Post a Comment